Selasa, 30 September 2008

HIDUP DI DALAM ALAM KESADARAN SEJARAH: PENGERTIAN YOMANAK

By.Pares L.Wenda

Dalam tradisi dan budaya orang Lani, seorang mama sangat dihargai. Hal itu terbukti dari setiap anak yang lahir dari keluarga suku Lani, jarang menyebut nama kecil atau marganya. Tetapi selalu memanggil atau disapah seperti Yomanak, Kogoyanak, Owaganak, Anggenak, Tabenak, Wendanak, dsb.

Yomanak artinya anak yang mamanya berasal dari ibu yang bermarga Yoman. Nama ini mengandung makna yang sangat dalam. Maksudnya adalah Yomanak selain menghormati jasa mama yanng telah melahirkan anak tersebut, yomanak juga merupakan gelar secara alami yang diberikan oleh pihak keluarga kepada setiap anak di pedalaman Papua khususnya suku Lani. Karena itu tidak heran ketika setiap anak dari suku ini menyadang nama depan seperti Yomanak, Kogoyanak, Wanimbonak, Kombanak, Tabenak, Owaganak, Wendanak yang semuanya mengandung makna sama seperti yang telah dijelaskan di atas.

Diera moderenisasi seperti sekarang ini, sepertinya orang Lani mulai risih menggunakan istilah-istilah tradisional seperti ini. Hal itu menandahkan bahwa mereka sudah mulai kehilangan identitas dan jatih diri mereka sebagai sebuah bangsa yang bermartabat dan mempunyai tata krama yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Karena panggilan seperti yomanak adalah panggilan yang sangat sopan.

Seperti halnya ketika kita menemui orang Bali misalnya nama depan mereka pasti disebut Made, Nyoman, Putu, Ngede dan lain-lain. Hal itu menunjukan urutan kelahiran dari setiap anak-anak dari turunan orang Bali. Demikian halnya dengan orang Sulawesi Selatan mengunakan La-Ode, La dua, La-damai yang mempunyai pengertian yang berbeda dengan orang Lani maupun orang Bali, dsb. Lebih kental lagi seperti orang China, Korea dan Jepang kita akan dengan muda mengetahui apakah dia orang Cina, Jepang atau Korea hanya dengan nama.

Mungkin kebanyakan kita di Papua sangat dipengaruhi oleh budaya kekristena sehingga semua yang berbau budaya dianggap dosa. Saya secara pribadi mengutuk pendangan seperti itu. Sebab ada hal-hal yang baik dari budaya kita yang merupakan kekayaan bangsa yang sangat penting untuk dipertahankan. Satu contoh seorang pemimpin besar yang disebut Dumma. Dumma adalah seorang pemimpin, pembicara, penyelamat rakyat, pembicara ekonomi, hal ini belum kita angkat tetapi dalam sejarah baru pertama kali Pdt. Socratez Sofyan Yoman, MA diberi gelar Dumma.(lihat:www.suarabaptis.blogspot.com AND www.yomanak.blogspot.com) Gelar ini memang tidak sembarang orang menyadangnya. Mengapa? Karena di dalamnya terkandung nilai kepemimpinan dan nilai tanggungjawab moral kepada rakyat. Sehingga jikalau masyarakat pedalaman ketika memberikan gelar Dumma kepada Pdt. Yoman, itu merupakan suatu proses seleksi yang sangat ketat dan alami. Karena setiap orang yang mendapatkan gelar itu, ia harus menunjukan prestasi yang luar biasa di masyarakat dan mendapat pengakuan dari sukunya sendiri atau suku tentangganya.

Dari tulisan ini pesan yang saya mau sampaikan agar setiap anak Lani menggunakan nama seperti Yomanak secara resmi dalam panggilan maupun surat-surat berharga. Misalnya pada IJAZAH. Seperti saya misalnya nama saya Pares L.Wenda tetapi saya sebenarnya harus di panggil Yomanak Pares L.Wenda. Yomanak nama alami yang dipanggil sehari-hari.Wendanak Willius Kogoya, Tabenak Kiloner Wenda, Kogoyanak Turius Wenda, Wendanak Paulus Kogoya, Anggenak Ester Kogoya, Girenak Budi Wenda, dsb.

Lalu bagaimana orang Lani yang menikah dengan perempuan dari suku lain di Papua atau dari luar Papua. Misalnya seorang Wewo Yoman yang adalah anak Lani yang menikah dengan seorang perempuan dari suku lain di Papua yang bermarga Rumbiak, atau Wanggai, Sallosa, Tawaru, Tebay, Anal, Gebze. Hal ini sangat muda saja. Anak mereka diberi nama depan Ribiakanak Victor Yoman, Sallosanak Yesaya Kogoya, Gebzeanak Sila Togodly. Tebayanak Miligwe Wenda.

Lalu demikian halnya dengan orang Lani yang kawin dengan perempuan Batak yang bermarga Silitonga, Purba. Tinggal memanggil nama Purbanak Rosina Tabuni. Yang paling susa mungkin orang Lani yang kawin dengan perempuan Jawa. Tetapi mungkin kita bisa ambila nama depan dari ibunya. Misalkan seorang ibu bernama Wati, ketika seorang anak lahir kita memanggil Watianak Petrus Yigibalom. Lalu bagaimana jika perempuan Lani yang kawin dengan orang luar dari suku Lani, kemudian mereka punya anak, nama apa yang diberikan. Dalam konteks ini orang Lani menganut garis keturunan diperhitung dari seorang Bapa. Maka secara otomatis wanita tersebut mengikuti seluruh tradisi dan budaya dari suaminya.

*************************************.

Tidak ada komentar: