Rabu, 17 September 2008

Surat Terbuka Pdt Petrus Octavianus kepada Presiden Bush


GloriaNet - Yang mulia Presiden Amerika Serikat
Bapak G.W. Bush
di Washington D.C
Amerika Serikat

Salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Dengan kasih Kristus saya tulis surat ini dengan banyak pergumulan, karena saya sadar, bahwa tidak mudah bagi saya untuk menyampaikan surat kepada Presiden Amerika Serikat, Presiden negara adikuasa, yang sedang berperan penting di dunia saat ini. Namun demikian melalui surat ini saya memberanikan diri untuk menghadap Bapak Presiden G.W. Bush.

Yang mulia Bapak Presiden G.W. Bush,
Izinkanlah saya memperkenalkan diri sekadarnya: saya seorang penginjil dari Indonesia, yang dengan anugerah Tuhan telah mengunjungi dan melayani Tuhan/menyampaikan firman Tuhan di 76 negara, termasuk Amerika Serikat.

Sekadar untuk Bapak Presiden ketahui bahwa pelayanan saya telah diterima secara luas di Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 2000, Presiden Republik Indonesia: Bapak KH Abdurrahman Wahid beserta isteri dan rombongan para pejabat Pemerintah mengunjungi saya sekeluarga di rumah saya di Batu, Jawa Timur. Dalam pidatonya antara lain ia mengatakan: "Saya baru pertama kali ini datang kemari, walaupun sudah lama mendengar apa yang dikerjakan oleh Pak Octavianus. Beliau merupakan contoh dari orang yang berjuang untuk kepentingan sesama melalui agamanya."

Ada tujuh catatan penting dalam hubungan saya dengan Amerika Serikat:

Pertama, bersama Dr Billy Graham, saya telah makan bersama Presiden JE Carter di Atlanta, Georgia (Waktu itu beliau sebagai Gubernur), pada Juni 1973.

Kedua, menghadiri Perayaan 200 tahun kemerdekaan Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1976 di White House, Washington DC.

Ketiga, pada tahun 1987 saya sempat bersekutu dengan sejumlah pimpinan Pemerintahan Amerika Serikat, eksekutif, dan legislatifdi Washington.

Keempat, tahun 1988 mengikuti acara National Prayer Breakfast (NPB).

Kelima, April 1988 saya kembali ke Amerika Serikat untuk mengikuti Persekutuan dengan sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat, antara lain dengan Bapak Tonny Hall.

Keenam, September 1988 saya kembali ke Amerika Serikat untuk mengikuti ritret dengan sejumlah politisi dan pimpinan pelbagai negara di dunia.

Ketujuh, hampir setiap tahun saya menghadiri NPB. Sejak Presiden R Reagan sampai sekarang mendapat undangan untuk menghadiri NPB, termasuk acara makan bersama dengan Bapak Presiden GW Bush, tetapi karena kesehatan saya terganggu, saya tidak dapat menghadirinya.

Yang mulia Presiden GW Bush,
Saya sungguh bangga karena saya menjadi sahabat Pdt Dr Billy Graham dan dua orang pimpinan yang mengatur penyelenggaraan NPB, ialah Bapak Douglas E Coe dan Bapak Bruce Sundberg. Meskipun saya warga negara Indonesia saya mengasihi Amerika Serikat. Dan anak-anak saya mendapat pendidikan di perguruan tinggi di Amerika Serikat. Oleh karena itu saya menghormati Amerika Serikat: Pemerintahnya, cara hidup di Amerika Serikat, terutama tentang penghargaannya terhadap manusia sebagai manusia, penghargaannya terhadap hak-hak azasi manusia dan demokrasi. Saya melihat Amerika Serikat sebagai "Leading Nation" dalam hak-hak azasi manusia dan demokrasi.

Menurut keyakinan saya, Amerika Serikat saat ini, dipilih Tuhan dan diurapi oleh Tuhan untuk memelihara ketentraman bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia. Karena itu saya sadar, bahwa peranan Bapak Presiden GW Bush besar dan penting. Dengan tanggung jawab Presiden yang seberat ini, saya sangat menghormati Bapak Presiden, bahkan saya menyatakan dalam Tuhan Yesus Kristus saya mengasihi Bapak Presiden GW Bush.

Karena saya mengasihi Amerika Serikat dan mengasihi Bapak Presiden GW Bush, maka dengan ini, izinkanlah saya menyampaikan cetusan hati saya:

Menurut hemat saya ada dua kekhawatiran yang melanda seluruh dunia:
Pertama, Ancaman untuk menghancurkan masa depan angkatan muda yang dimulai sejak 1967 dengan munculnya musik Rock and Roll, disusul dengan Narkoba dan AIDS yang ketiganya adalah satu paket.

Kedua, Ancaman Terorisme yang menghancurkan hati nurani manusia sejak tahun 1970.

Tentang hal ini saya melihat Amerika Serikat dipakai Tuhan dalam menegakkan demokrasi dan hak-hak azasi manusia dan berjuang untuk menegakkan hati nurani yang murni.

Dalam hal inilah saya memahami bahwa perang terhadap Irak sebagai usaha untuk memelihara hak-hak azasi manusia dan demokrasi, membawa ketentraman di dunia dan terutama di Timur Tengah. Untuk maksud ini saya sangat hormati, dan mengerti langkah-langkah yang sedang ditempuh Amerika Serikat.

Kendati demikian, izinkanlah saya menyampaikan sisi lain tentang perang terhadap Irak:

Pertama, Untuk melengserkan Presiden Saddam Husein dengan menyerang Irak akan ada korban ribuan orang, ribuan wanita, ribuan janda, dan anak-anak yatim piatu. Bolehkah demi menjatuhkan seorang Saddam Husein begitu banyak nyawa dan harta dikorbankan?

Kedua, Siapa yang bertanggung jawab kepada Tuhan atas orang-orang yang mati tidak berdosa dalam peperangan itu?

Ketiga, Kemungkinan lahirnya konflik yang berkepanjangan antara umat Islam dengan umat Kristen di dunia, karena sebagian umat Islam di dunia memandang peperangan itu sebagai perang antara Islam dan Kristen. Karena mereka memandang Bapak Presiden GW Bush bukan hanya sebagai Presiden Amerika Serikat, tetapi sebagai tokoh Kristen, maka kelanjutan dari konflik ini akan banyak orang menderita akibat pembunuhan dan batas dendam.

Dengan pertimbangan itu, izinkanlah saya menyampaikan usul-usul di bawah ini:

Pertama, Kita serahkan tujuan Bapak Presiden GW Bush yang mulia ini kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan bertindak. Karena pada dasarnya ini adalah peperangan rohani, sesuai dengan Alkitab, ialah peperangan rohani melawan kuasa-kuasa dan penghulu-penghulu di udara (Efesus 6:10-18) bukan melawan Presiden Saddam Husein.

Kedua, Melaksanakan suatu Doa Puasa nasional dan Internasional, yang dilakukan oleh pelbagai bangsa yang cinta damai dan juga usaha dari segi spiritual seperti pernah dilakukan oleh almarhum Presiden Abraham Lincoln, ialah Hari Doa dan Puasa Nasional (Kamis, 30 April 1863) di seluruh Amerika Serikat.

Ketiga, Seperti langkah yang telah diambil oleh almarhum Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada saat menghadapi ancaman serbuan Jerman dalam Perang Dunia II. Ketika beliau memberikan motivasi tentang pengharapan kepada para menterinya dan seluruh bangsa Inggris. Dan terbukti bahwa Tuhan telah mendengarkan doa mereka.

Menurut keyakinan saya, kalau Bapak Presiden GW Bush mengadakan doa-doa sedemikian Tuhan pasti akan menjawab dan memberikan jalan keluarnya.

Saya percaya kalau Bapak Presiden GW Bush melakukan usul dan saran saya ini, maka seluruh dunia menghormati Bapak Presiden dan bahkan Tuhan akan menghargai keputusan Bapak Presiden GW Bush.

Dengan iman saya yakin Tuhan akan memberkati Bapak dalam mengemban tugas pemerintahan. Bapak Presiden GW Bush akan dikenang sepanjang masa seperti almarhum Presiden Abraham Lincoln.

Sesungguhnyalah bahwa surat ini saya buat dengan penuh pergumulan, kalau salah atau terlambat harap dimaafkan. Doa dan harapan saya kiranya Roh Kudus memimpin dan memberikan hikmat kepada Bapak Presiden G.W. Bush, karena keputusan Bapak Presiden menentukan nasib bagi masa depan banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

Demikianlah permohonan dan pertimbangan saya telah saya sampaikan kepada Bapak Presiden GW Bush.

Disertai salam dan hormat

Pdt. DR. Petrus Octavianus
(Pemberita Injil dari Indonesia). (GCM/*)

Tidak ada komentar: